Dari Pecatur Petaruh (M4STER G3L4P) Jadi Master Nasional (MN)






 

Dari Pecatur Petaruh Jadi Master Nasional


MN Irwandi, seorang anak desa yang lima tahun menjadi pecatur jalanan di bawah Jembatan Jatinegara, akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya sebagai Master Nasional (MN)
Siapa bisa menduga jalan hidup seorang anak kecil? Siapa sangka pula seorang anak desa terpencil berusia 6 tahun, pada 1986 masih nonton orang dewasa main catur di sebuah warkop depan PHR Kayumi Pegasing Aceh Tengah, akhirnya menjadi master nasional (MN). Anak kecil cerdas yang selalu dikejar bapaknya karena kecanduan nonton catur itu, pada akhirnya berhasil membuktikan kepada sang bapak akan kehebatannya sebagai seorang pecatur.
Dialah Irwandi (32) seorang anak muda yang pernah mangkal di bawah jembatan Jatinegara Jakarta Timur dengan profesi sebagai pecatur petaruh (master gelap). Selama lima tahun dia melakoni profesi pecatur petaruh, berpindah dari satu lapak ke lapak lain. Bermain catur dari pagi sampai pagi esoknya lagi, bahkan sering tidur dibawah jembatan Jatinegara hanya beralaskan kertas koran berbantalkan ransel.
Profesi sebagai master gelap mulai dijalani oleh Irwandi setelah lulus dari sekolah catur Enerpac milik Utut Adianto pada tahun 2000. Ayahnya mengirim Irwandi yang gagal kuliah di Banda Aceh untuk mengikuti sekolah catur kelas junior A di Enerpac. Dalam waktu hanya setahun, Irwandi berhasil lulus dari Enerpac dengan klasifikasi terbaik. Setamat dari Enerpac, Irwandi seperti “ronin,” seorang samurai tanpa tuan yang mengadu keahlian dan ketajaman catur dengan siapa saja di setiap lapak catur.
Mendengar kisahnya, kita akan teringat kisah seorang ronin bernama Miyamoto Musashi yang turun gunung dari sebuah kampung kecil ke Edo, ibukota Jepang untuk menguji ketajaman pedangnya. Irwandi juga bagai seorang jago pedang (ronin) yang terus berusaha mengalahkan lawan-lawannya disetiap lapak catur. Dari kemenangan itulah dia bisa memperoleh sesuap nasi untuk bertahan hidup ditengah kejamnya ibukota Jakarta.
Sebagai seorang master gelap yang selalu memenangkan hampir setiap pertarungan, ternyata prestasinya menarik perhatian salah seorang pengurus Novos Chess Club (NCC) Grogol. Kemudian, pada tahun 2003, dia bergabung dengan NCC Grogol. Walaupun sudah tercatat sebagai anggota NCC, Irwandi masih terus menguji kemampuannya bermain catur di jalanan Jakarta.
Kemudian, NCC mengirimnya ke sejumlah event pertandingan catur di Jakarta. Ketajaman langkah catur yang dimainkannya berhasil meraih berbagai prestasi dan gelar. Sampai suatu waktu, Irwandi dalam posisi non-master dikirim ke Liga Gunadarma yang bertempat di Tanah Abang I KONI Jakarta. Dalam Liga Gunadarma itu, dia kembali menunjukkan ketajamannya yang berhasil meraih peringkat kelima se DKI Jakarta.
Pihak Club Catur Gunadarma mengajak Irwandi untuk bergabung. Dia bersedia tetapi dengan syarat diberikan beasiswa di Universitas Gunadarma dan memperoleh penghasilan bulanan. Club Catur Gunadarma memenuhi permintaannya dengan memberinya beasiswa untuk kuliah di jurusan sastra Inggris, diberi uang saku Rp.600 ribu per bulan serta ditambah uang kos (sewa rumah).
Setelah bergabung dengan Club Catur Gunadarma, prestasi Irwandi makin melejit. Dia berhasil meraih juara I turnamen catur beregu di Surabaya pada tahun 2005. Kemudian dia dikirim untuk mengikuti pertandingan catur Telkom Open di Bandung yang mengangkat posisinya sebagai master nasional (MN) dengan elorating 2238. Irwandi, dari seorang “ronin” master gelap akhirnya menjadi master nasional benaran.
Satu hal yang sangat membanggakan Irwandi, saat dia masih menjadi pecatur petaruh (master gelap) di Jakarta, dia menemukan anak seorang sopir bajaj yang sangat berbakat bermain catur. Anak yang bernama Samruri Rahman itu masih duduk di kelas III SD. Dia sering menunjukkan kepada Irwandi langkah-langkah cerdas dan jitu. Kemudian anak kecil itu dilatihnya di base camp Novos Chess Club sampai akhirnya anak itu kini telah berhasil meraih peringkat Norm Master FIDE.
Sayang, saat memperkuat Tim Banda Aceh di Porda IX Takengon tahun 2006 yang dijadikannya kesempatan mudik, ternyata Irwandi dinikahkan orang tuanya dengan seorang gadis. Pernikahan itu akhirnya menghentikan langkahnya untuk meniti karir di dunia catur nasional, termasuk kuliahnya harus putus di tengah jalan pada semester lima.
Meskipun tidak berhasil menggapai puncak karir caturnya, Irwandi tetap bangga karena bisa membuktikan kepada semua orang bahwa dari catur bisa juga membuat orang populer. Kini, selain berprofesi sebagai seorang wartawan, dia juga merencanakan akan membuka sebuah sekolah catur untuk anak-anak usia SD, SMP dan SMA di Aceh Tengah.
Dia mohon doa dan dukungan dari semua pihak, agar rencana membuka sekolah catur segera terwujud. Dia tidak ingin, jika hanya Irwandi seorang yang bergelar MN dari Aceh Tengah. Obsesinya, dari sekolah catur itu nantinya akan lahir sebanyak-banyaknya master nasional (MN). Irwandi, seorang “ronin” dari desa kecil yang berhasil mengasah ketajaman bermain catur di jalanan Jakarta. Bravo Irwandi!

Related Posts:

Loading...
Comments
0 Comments